Sunday Trip ke Pulau Sambu and Pulau Belakang Padang
Hari Minggu kemarin, aku diajak suami nge-trip (ceilee bahasanya nge-trip ) ke Pulau Sambu dan Pulau Belakang Padang. Perjalanan dari rumah kita ke arah Tiban. Disana ada pelabuhan yang biasa dipakai orang-orang Batam untuk nyebrang ke Singapura atau pulau-pulau kecil di sekitar Batam, ya seperti Sambu dan Belakang Padang. Pelabuhan disini selalu ramai, buanyak banget orang yang lalu lalang untuk nyebrang. Setelah berkeliling melihat pelabuhan akhirnya kita memutuskan untuk nyebrang ke Pulau Sambu terlebih dulu. Harga tiket satu orang Rp. 15.000,-. Perjalanan kesana kita menggunakan kapal Pancung. Kapal Pancung itu kapal nelayan yang sekali jalan muat sekitar 15-an orang. Setelah beli tiket, kalau penumpang sudah memenuhi (jumlahnya 15 orang) maka kapal akan berangkat. Oya gambar kapal nya bisa dilihat di gambar yang aku upload yaa . Seru sih naik kapal ini cuma memang penutupnya harus diturunkan ketika kapal berjalan, karena takutnya air laut yang menciprat ke penumpang. Perjalanan sampai ke Pulau Sambu tidaklah lama sekitar 15 menit. Pemandangan laut disini sangat indah, banyak kapal-kapal yang berlalu lalang, mulai dari kapal pancung sampai kapal ferry yang menuju ke Singapura.
Setelah perjalanan yang lumayan menyenangkan, dan ini adalah pengalaman pertamaku naik kapal Pancung, kapal yang bener-bener kapal . Maksudnya kapalnya pendek dan kita bener-bener bisa berinteraksi dengan laut. Benar-benar pengalaman yang luar biasa sih buat aku. Sampai di Pulau Sambu hal pertama yang aku rasakan adalah sepi. Ya sepi rasanya di pulau ini. Ya karena memang pulau ini lebih digunakan oleh Pertamina, ya kayak tambangnya Pertamina dan biasanya digunakan sebagai tempat pengisian bahan bakar kapal-kapal yang lewat situ. Dan yang tinggal di pulau ini memang kebanyakan para pegawai Pertamina. Disini aku melihat banyak mess, terus rumah-rumah dinas yang digunakan untuk tempat tinggal para karyawan Pertamina. Sayangnya banyak mess dan rumah yang sudah rusak dan terbengkalai. Kesannya kita kaya masuk ke desa horor yang sepi dan banyak bangunan rusak yang mungkin ya banyak penghuni kasat matanya. Aku sih ga tau bener atau ga nya cuma kesannya seperti itu. Secara disini banyak yang kosong dan sudah lama ga terawat. Lohh kok jadi horor ceritanya . Tapi Alhamdulillah sih selama aku berkunjung kesana tidak ada gangguan aneh kok jadi aman hehe.. Ini hanya persepsi penulis saja . Kembali ke cerita, saat memasuki pulau Sambu, kita harus menaiki tangga yang lumayan tinggi, disana kita akan menemui beberapa rumah, yang juga mess sebenarnya, ada sih penghuninya tapi tidak ramai. Sampai di tengah mess ada sebuah masjid yang lumayan gede. Dari sini pemandangan sudah mulai terlihat bagus dan kita bisa melihat laut dari atas sini. Indah siihh... . Untuk menuju ke laut, kita harus menuruni jalan yang lumayan juga, dan sepanjang perjalanan kita bisa melihat kanan dan kiri kita banyak mess dan rumah yang terbengkalai dan beberapa juga sudah rusak.
Setelah berjalan sekitar hampir 1 km, akhirnya kita sampai juga di pantai. Pantainya lumayan indah sih, bersih dan juga sepi. Waktu itu hanya ada aku dan suami yang ada disana. Melihat indahnya pantai pun langsung melepaskan sandal dan kaos kaki aku dan melinting (melinting 😰😅 ) celana panjangku agar tidak terlalu basah oleh air pantai. Puas bermain air di pantai, kita pun melanjutkan perjalanan. Didekat pantai kita bisa melihat kolam yang lumayan gede. Tapi sayangnya kolam itu sudah terbengkalai. Sebenernya kolam ini bagus sih, letaknya di pinggir pantai, dengan pemandangan yang indah, bisa dibayangkan kan kita berenang sore-sore dengan minuman es degan sambil menikmati indahnya pemandangan pantai yang indah. Tapi itu hanya kenangan, kolam disini udah berubah jadi semacam tempat pembuangan sampah. Kata suami sih dulu tempat ini rame pengunjung tapi mungkin karena sudah tidak terawat dan pengunjung berkurang maka kolam ini terbengkalai.
Setelah duduk-duduk menikmati pemandangan pantai dan kolam, sambil mengeringkan celana yang basah, kami pun melanjutkan perjalanan. Disepnajang jalan, kita bisa melihat rumah-rumah panggung yang menghadap ke arah laut. Tapi ya itu tadi, sama halnya dengan beberapa mess lainnya, rumah ini sama terbengkalainya dan beberapa rumah malah sudah mulai rusak dan pastinya tidak berpenghuni juga. Dari sekian rumah aku hanya melihat satu rumah yang berpenghuni. Sayangnya aku ga ngambil foto rumah-rumah disini, soalnya udah parno duluan 😁 takut fotonya ada yang ikutan nampak hehehe.. Tapi memang kelihatan serem sih rumah-rumah disana dengan didukung suasana yang sepi. Dan dibelakang rumah-rumah ini, ada sebuah kuburan bugis. Ya aku sih ga berani lihat waktu itu karena kata suami nanti daripada kita kenapa-kenapa mendingan kita lewati aja gitu. Next time lah kalau kita pas kesananya rame-rame mungkin kita bisa lihat sebentar kuburan bugisnya 😸 . Sekitar jam 12.00 WIB kita sampai di masjid yang ada di tengah-tengah perumahan tadi. Kita menyempatkan untuk sholat Dzuhur dulu disana. Selesai sholat, kita melanjutkan perjalanan untuk nyebrang ke Pulau Belakang Padang. Sampai di dermaga, tidak sampai 5 menit, kapal Pancung yang akan membawa kita pun datang. Saat itu kita nyebrang bersama dua orang lainnya. Kalau dari Pulau Sambu kita memang tidak menunggu penumpang penuh karena memang disini jarang orang yang nyebrang. Jadi seadanya orang ya diangkut aja. Biaya penyebrangan ini per orang Rp. 10.000,-. Perjalanan sekitar 5 menit untuk sampai di Pulau Belakang Padang.
Sampai di Pulau Belakang Padang, hal pertama yang membuatku 'waow' 😱 adalah banyaknya sepeda motor di sepanjang jalan masuk dermaga. Buanyak banget sepeda motornya mungkin sekitar ratusan. Nanti deh aku upload fotonya ya biar kalian juga bisa lihat kondisi disini 😊 . Memasuki pulau, kita bisa melihat perkampungan di tepi laut. Perkampungan ini terlihat unik karena memang letaknya di atas laut. Selain perkampungan ada juga pasar disini, dan semuanya diatas laut, jalan penghubungnya berupa jalan setapak selebar 1,5 m, ya cukuplah untuk lalu lalang motor. Selesai mengitari kampung laut, kita pun memutuskan untuk makan siang disini. Oh ya, satu hal menarik soal Batam adalah disini itu banyak orang yang menggemari ngopi dan ngobrol di kedai kopi. Mereka datang ke kedai kopi hanya untuk sekedar ngobrol dan makan roti atau makanan ringan, bukan untuk makan ya, tapi sekedar ngobrol dan ngopi bersama teman, keluarga dan relasi. Aku dan suami pun ikutan ngopi juga 😁 tapi kalau kita untuk mengisi perut sih karena capek mengelilingi pulau.
Nah ketika di kedai kopi inilah ada satu kejadian aneh yang menurutku bukan suatu kebetulan semata. Mungkin bagi kalian akan ngerasa ceritaku ini lebay dan biasa aja, tapi buatku ini kebetulan yang aneh. Jadi ceritanya begini, saat di kedai kopi itu aku duduk menghadap ke arah jalan. Dan waktu itu aku memakai kaos berwarna putih dengan lengan abu-abu dengan ada tulisan berwarna abu di bagian depan. Beberapa saat disana, melintas pasangan laki-laki dan perempuan dengan sepeda motor. Mataku tertuju pada si laki-laki yang membawa sepeda motor. Mataku pun tertuju pada kaos yang digunakan si laki-laki itu. Apa yang aneh? Kaos itu sama persis dengan kaos yang aku pakai saat itu. Kebetulan? Nggak ini bukanlah kebetulan. Biasa aja lah namanya juga kaos, kan produk umum, kata suamiku. Nggak, ini ga biasa. Buatku ini bukan hal biasa dan bukan suatu kebetulan semata. Kenapa aku berpikir seperti itu? Pertama, karena ketika aku membeli kaos itu, aku beli di Jawa sekitar 10 bulan yang lalu, dan si laki-laki ini dia tinggal di Pulau Belakang Padang, Batam. Jarak yang sangat jauh untuk memasarkan produk yang sama. Dan keanehan yang kedua, kok bisa kita sama-sama pakai kaos itu di waktu dan tempat yang sama. Dari sekian banyak kaos yang kita punya kenapa harus sama dan itu yang kita pilih untuk dikenakan dihari itu? Dan juga kenapa yang pakai cowok gitu loh.. Tapi sebenernya nih kaos cowok sih, cuma memang aku nya aja yang nyeleneh pake baju cowok 😸 . Tapi kenapa aku bisa beli kaos cowok untuk aku pake ya karena kaos ini memang punya sejarah tersendiri sih buat aku. Sejarah seperti apa? It is secret 😊 ya rahasia, setiap orang pasti punya rahasia kan 😊 ? Hehe malah curhat.. Kembali ke soal kaos, ya mungkin bagi kalian akan ngerasa ini mah biasa aja, ga ada yang spesial, dan mungkin aku terlalu lebay menanggapi sesuatu. Tapi aku yakin semua ini bukanlah kebetulan semata. Suatu saat mungkin akan kutemukan jawabannya 😊 .
Sekitar pukul 14.00 WIB, kita memutuskan untuk kembali ke Pulau Batam. Karena nanti disana kita maaih mau mapir-mampir dulu biar pulangnya ga kesorean. Seperti wakti berangkat tadi, tiket untuk penyebrangan seharha Rp. 15.000,- untuk satu orang dengan kapal yang sama kapal Pancung. Muatannya juga sama sekitar 15 orang untuk menyebrang. Ketika kembali ini aku bisa menikmati pemandangan laut dengan kapal, karena sebagian tutup kapal dibuka. Seger banget berada di atas kapal yang melaju dan disuguhi pemandangan laut lepas yang indah dan angin laut yang sepoi-sepoi. Pengalaman yang luar biasa buat aku. Sekitar 15 menit perjalanan dengan kapal akhirnya kapal kita pun berlabuh. Setelah turun kita melanjutkan perjalanan dengan motor ke Taman Kolam Teratai. Taman ini terletak di daerah Sekupang. Taman ini terdapat kolam berisikan bunga teratai dan ikan di dalamnya. Banyak banget bunga teratai yang bisa kita lihat. Ikan-ikan juga luar biasa banyak. Kita juga bisa ikutan memberi makan ikan dengan membeli pakan ikan yang dijajakan disana. Banyak orang-orang yang mancing di kolam ini. Sebenernya aneh aja sih, ikan disini kan dibudidayakan ya, kenapa harus dipancing juga? Si Ikan kayaknya juga udah kenyang makan makanan ikan yang dilempar sama pengunjung disana, jadi aku pikir mungkin sia-sia aja sih mancing disana 😝 . Tapi mancing kan hobi ya, jadi mungkin ga ada yang sia-sia bagi para pemancing itu. Ya itu lah sekelumit, ceilee sekelumit, padahal panjang bener ceritanya 😁 , perjalana di hari Minggu ke Pulau Sambu dan Pulau Belakang Padang. Kita ketemu lagi yaa di trip selanjutnya 🙋 .
Setelah duduk-duduk menikmati pemandangan pantai dan kolam, sambil mengeringkan celana yang basah, kami pun melanjutkan perjalanan. Disepnajang jalan, kita bisa melihat rumah-rumah panggung yang menghadap ke arah laut. Tapi ya itu tadi, sama halnya dengan beberapa mess lainnya, rumah ini sama terbengkalainya dan beberapa rumah malah sudah mulai rusak dan pastinya tidak berpenghuni juga. Dari sekian rumah aku hanya melihat satu rumah yang berpenghuni. Sayangnya aku ga ngambil foto rumah-rumah disini, soalnya udah parno duluan 😁 takut fotonya ada yang ikutan nampak hehehe.. Tapi memang kelihatan serem sih rumah-rumah disana dengan didukung suasana yang sepi. Dan dibelakang rumah-rumah ini, ada sebuah kuburan bugis. Ya aku sih ga berani lihat waktu itu karena kata suami nanti daripada kita kenapa-kenapa mendingan kita lewati aja gitu. Next time lah kalau kita pas kesananya rame-rame mungkin kita bisa lihat sebentar kuburan bugisnya 😸 . Sekitar jam 12.00 WIB kita sampai di masjid yang ada di tengah-tengah perumahan tadi. Kita menyempatkan untuk sholat Dzuhur dulu disana. Selesai sholat, kita melanjutkan perjalanan untuk nyebrang ke Pulau Belakang Padang. Sampai di dermaga, tidak sampai 5 menit, kapal Pancung yang akan membawa kita pun datang. Saat itu kita nyebrang bersama dua orang lainnya. Kalau dari Pulau Sambu kita memang tidak menunggu penumpang penuh karena memang disini jarang orang yang nyebrang. Jadi seadanya orang ya diangkut aja. Biaya penyebrangan ini per orang Rp. 10.000,-. Perjalanan sekitar 5 menit untuk sampai di Pulau Belakang Padang.
Sampai di Pulau Belakang Padang, hal pertama yang membuatku 'waow' 😱 adalah banyaknya sepeda motor di sepanjang jalan masuk dermaga. Buanyak banget sepeda motornya mungkin sekitar ratusan. Nanti deh aku upload fotonya ya biar kalian juga bisa lihat kondisi disini 😊 . Memasuki pulau, kita bisa melihat perkampungan di tepi laut. Perkampungan ini terlihat unik karena memang letaknya di atas laut. Selain perkampungan ada juga pasar disini, dan semuanya diatas laut, jalan penghubungnya berupa jalan setapak selebar 1,5 m, ya cukuplah untuk lalu lalang motor. Selesai mengitari kampung laut, kita pun memutuskan untuk makan siang disini. Oh ya, satu hal menarik soal Batam adalah disini itu banyak orang yang menggemari ngopi dan ngobrol di kedai kopi. Mereka datang ke kedai kopi hanya untuk sekedar ngobrol dan makan roti atau makanan ringan, bukan untuk makan ya, tapi sekedar ngobrol dan ngopi bersama teman, keluarga dan relasi. Aku dan suami pun ikutan ngopi juga 😁 tapi kalau kita untuk mengisi perut sih karena capek mengelilingi pulau.
Nah ketika di kedai kopi inilah ada satu kejadian aneh yang menurutku bukan suatu kebetulan semata. Mungkin bagi kalian akan ngerasa ceritaku ini lebay dan biasa aja, tapi buatku ini kebetulan yang aneh. Jadi ceritanya begini, saat di kedai kopi itu aku duduk menghadap ke arah jalan. Dan waktu itu aku memakai kaos berwarna putih dengan lengan abu-abu dengan ada tulisan berwarna abu di bagian depan. Beberapa saat disana, melintas pasangan laki-laki dan perempuan dengan sepeda motor. Mataku tertuju pada si laki-laki yang membawa sepeda motor. Mataku pun tertuju pada kaos yang digunakan si laki-laki itu. Apa yang aneh? Kaos itu sama persis dengan kaos yang aku pakai saat itu. Kebetulan? Nggak ini bukanlah kebetulan. Biasa aja lah namanya juga kaos, kan produk umum, kata suamiku. Nggak, ini ga biasa. Buatku ini bukan hal biasa dan bukan suatu kebetulan semata. Kenapa aku berpikir seperti itu? Pertama, karena ketika aku membeli kaos itu, aku beli di Jawa sekitar 10 bulan yang lalu, dan si laki-laki ini dia tinggal di Pulau Belakang Padang, Batam. Jarak yang sangat jauh untuk memasarkan produk yang sama. Dan keanehan yang kedua, kok bisa kita sama-sama pakai kaos itu di waktu dan tempat yang sama. Dari sekian banyak kaos yang kita punya kenapa harus sama dan itu yang kita pilih untuk dikenakan dihari itu? Dan juga kenapa yang pakai cowok gitu loh.. Tapi sebenernya nih kaos cowok sih, cuma memang aku nya aja yang nyeleneh pake baju cowok 😸 . Tapi kenapa aku bisa beli kaos cowok untuk aku pake ya karena kaos ini memang punya sejarah tersendiri sih buat aku. Sejarah seperti apa? It is secret 😊 ya rahasia, setiap orang pasti punya rahasia kan 😊 ? Hehe malah curhat.. Kembali ke soal kaos, ya mungkin bagi kalian akan ngerasa ini mah biasa aja, ga ada yang spesial, dan mungkin aku terlalu lebay menanggapi sesuatu. Tapi aku yakin semua ini bukanlah kebetulan semata. Suatu saat mungkin akan kutemukan jawabannya 😊 .
Sekitar pukul 14.00 WIB, kita memutuskan untuk kembali ke Pulau Batam. Karena nanti disana kita maaih mau mapir-mampir dulu biar pulangnya ga kesorean. Seperti wakti berangkat tadi, tiket untuk penyebrangan seharha Rp. 15.000,- untuk satu orang dengan kapal yang sama kapal Pancung. Muatannya juga sama sekitar 15 orang untuk menyebrang. Ketika kembali ini aku bisa menikmati pemandangan laut dengan kapal, karena sebagian tutup kapal dibuka. Seger banget berada di atas kapal yang melaju dan disuguhi pemandangan laut lepas yang indah dan angin laut yang sepoi-sepoi. Pengalaman yang luar biasa buat aku. Sekitar 15 menit perjalanan dengan kapal akhirnya kapal kita pun berlabuh. Setelah turun kita melanjutkan perjalanan dengan motor ke Taman Kolam Teratai. Taman ini terletak di daerah Sekupang. Taman ini terdapat kolam berisikan bunga teratai dan ikan di dalamnya. Banyak banget bunga teratai yang bisa kita lihat. Ikan-ikan juga luar biasa banyak. Kita juga bisa ikutan memberi makan ikan dengan membeli pakan ikan yang dijajakan disana. Banyak orang-orang yang mancing di kolam ini. Sebenernya aneh aja sih, ikan disini kan dibudidayakan ya, kenapa harus dipancing juga? Si Ikan kayaknya juga udah kenyang makan makanan ikan yang dilempar sama pengunjung disana, jadi aku pikir mungkin sia-sia aja sih mancing disana 😝 . Tapi mancing kan hobi ya, jadi mungkin ga ada yang sia-sia bagi para pemancing itu. Ya itu lah sekelumit, ceilee sekelumit, padahal panjang bener ceritanya 😁 , perjalana di hari Minggu ke Pulau Sambu dan Pulau Belakang Padang. Kita ketemu lagi yaa di trip selanjutnya 🙋 .
Komentar
Posting Komentar